Unjuk gigi dengan kosa kata baru yang diberi nama pranala. Pranala merupakan setiap bagian pautan/tautan informasi ke bagian informasi yang lain melalui internet, dimana dalam HTML tautan dilambangkan oleh elemen <a>
(Pranala — Wikipedia.org). Sedangkan peringkat halaman lebih dikenal dengan istilah PageRank. Perlu menjadi perhatian bahwa “PageRank” yang dimaksud pada posting ini bukan dinilai dari peringkat 1 sampai 10. Tetapi lebih diarahkan kepada peringkat situs web atau blog dalam hasil pencarian. Bukan berita baru, tapi masih hangat sampai sekarang, apalagi dengan pembaharuan algoritma panda (Februari 2011)& kemudian disusul dengan penguin (April 2012) oleh Google.
Landasan Teori
Peringkat situs Anda dalam hasil pencarian Google sebagian didasarkan pada analisis situs-situs yang menautkan ke Anda. Kuantitas, kualitas, dan relevansi pranala mempengaruhi peringkat Anda. Situs yang menautkan ke Anda dapat memberikan konteks tentang subyek situs Anda, & dapat menunjukkan kualitas dan popularitas.
Kemudian dikatakan pula bahwa beberapa hal dari skema pranala yang dapat berdampak buruk pada peringkat situs web atau blog dalam hasil pencarian, antara lain:
- Membeli atau menjual pranala yang lulus PageRank
- Bertukar pranala secara berlebihan
- Membuat pranala ke situs spammer atau yang tidak ada hubungannya dengan konten dengan maksud untuk memanipulasi PageRank
- Membuat halaman mitra khusus untuk saling berbagi pranala.
- Menggunakan program otomatis atau layanan untuk membuat pranala ke situs web atau blog Anda.
Apabila pranala dalam situs web atau blog kita termasuk dalam salah satu daftar di atas, kemungkinan besar mesin penelusur akan menganggapnya sebagai skema pranala yang negatif, kecuali:
- Menggunakan robots.txt untuk memblok URL tersebut.
- Penggunaan JavaScript.
- Meta tag header
<meta name=“robots" content=“nofollow"/>
untuk seluruh halaman. - Atribut
rel="nofollow"
bagi pranala yang bersangkutan. - Pengalihan sementara URL melalui 302 (poin ini saya belum/tidak mengerti).
Studi Kasus
Bagaimana apabila sebuah posting dalam situs web atau blog menggunakan pranala yang merujuk kepada situs luar? Hal ini dapat berhubungan dengan sebagian/keseluruhan pemakaian teks dan/atau kode dalam isi posting.
Menurut Optimasi Blog bahwa Search Engine Optimization (SEO) bukan didasarkan pada penilaian yang kaku (‘saklak’) mengenai pemahaman makna sebenarnya dari SEO itu sendiri, seperti hanya melihat pada sudut mesin penelusur serta sejumlah usaha keras utak-atik untuk mendapatkan peringkat dalam hasil organik.
Dan pranala yang dimasukkan memiliki sedikit sekali hubungan dengan isi posting.
Bagaimana dengan kasus pranala dalam tubuh — header, footer, widget, atau sejenisnya — blog, seperti rekomendasi mitra & iklan (teks atau gambar)? Meskipun pada pranala rekomendasi mitra telah disebutkan secara implisit bahwa asal “tidak berlebih-lebihan”, namun — secara eksplisit — kita tidak tahu berapa jumlah pranala (eksak) yang dikategorikan “tidak berlebih-lebihan” tersebut. Sedangkan iklan teks maupun gambar (banner) digolongkan pada skema pranala yang negatif, sehingga direkomendasikan untuk menggunakan atribut <rel="nofollow">
. atau menggunakan JavaScript.
Paragraf di atas pasti banyak menimbulkan kontradiksi, terutama bagi sebuah situs web atau blog yang biasa melakukan tukaran pranala (link), untuk langkah selanjutnya perlu agar tidak gegabah dalam menjalankan aktivitas timbal balik itu. Kemudian bagi situs web atau blog yang mungkin memiliki mata pencaharian dari iklan teks (blogroll atau gambar (banner), ini merupakan dilema & sangat menarik untuk kita diskusikan.
Bagaimana jika kita mendaftarkan situs web atau blog ke sebuah layanan direktori? Berdasarkan beberapa posting atau artikel yang saya baca, selama direktori itu tidak mengharuskan pendaftar menempatkan pranala timbal balik (reciprocal link) maka dapat dikaregorikan hal itu bukan termasuk dalam skema pranala yang negatif.
Bagaimana kedudukan pranala yang diletakkan dalam formulir komentar sebagai tanda tangan? Mari kita tinjau bersama hal ini melalui penerapannya secara nyata. Cobalah berkomentar di sebuah situs web atau blog (Blogger™) sebagai “Anonymous”, kemudian letakkan pranala promosi sebagai tanda tangan. Besar kemungkinan komentar itu tidak langsung tampil pada daftar komentar, oleh karena dianggap sebagai spam. Yah, walaupun setiap atribut dalam pranala komentar adalah <rel="nofollow">
. Selanjutnya ini akan menjadi landasan pengelola untuk menghapus setiap komentar dengan melampirkan pranala tanda tangan promosi ke situs web atau blog komentator. Perlakuan yang sama juga mungkin diterapkan bagi para komentator yang memasukkan kata kunci pada nama, ketika berkomentar sebagai “Name/URL”. Apalagi jika isi komentar sama sekali tidak ada hubungannya dengan isi posting.
Simpulan
Skema pranala yang lulus PageRank, boleh jadi akan menjadi acuan mesin penelusur dalam menilai sebuah konten dalam situs web atau blog, namun tidak harus selalu dilakukan jika kita memanfaatkannya dalam bentuk kutipan dan/atau mengulang posting (repost), baik dalam bahasa lokal maupun bahasa lain. Dan jelas ini merupakan penghargaan pada suatu hak cipta. Sedangkan di sisi lain, setiap usaha yang dilakukan untuk menghindari pranala dari indeks mesin penelusur — mungkin — hanya berlaku pada pranala yang sifatnya sebagai rekomendasi.
Sebagian/keseluruhan dari studi kasus di atas merupakan wacana bagi kita dalam memberi perlakuan pada beberapa skema pranala. Dan sadar atau tidak sadar masih banyak kasus nyata di luar sana yang mempunyai pola serupa, namun belum/tidak terungkap dalam uraian posting ini. Opini bukan merupakan jawaban, sehingga sangat layak dipromosikan sebagai bahan diskusi tanpa meninggalkan hal yang mendasar dari sebuah informasi, yakni “tidak menjadi pembenaran, tetapi menemukan kebenaran”.
Bahan Bacaan: Selengkapnya tentang beberapa bacaan yang terkait dengan posting ini dapat ditemukan pada Information about buying and selling links that pass PageRank oleh Matt Cutts & Maile Ohye — Webmaster Central Blog.
0 Komentar untuk "Skema Pranala dan PageRank"